maaf...
aku tidak bisa mengantarmu ke bandara. aku malu.
selamat jalan ya... semoga perjalananmu menyenangkan. sebenarnya tadi aku melihatmu memasukkan kopermu ke bagasi mobil, tapi aku tak berani mengucapkan selamat jalan padamu. lagi-lagi aku malu.
maaf...
aku berdosa karena mengagumimu dalam diamku, harusnya aku lebih menata hidupku dengan pemuda itu. toh, aku sudah menerima pinangannya. tidak seharusnya aku masih memikirkanmu. ah... tapi bukannya sebelum jalur kuning melingkar, kemungkinan itu masih ada?. aku ternyata masih berharap lebih, berharap sebuah keajaiban datang, seperti dongeng-dongeng yang dulu pernah ibu ceritakan padaku.
2 jam setelah keberangkatanmu, aku masih melihat tunanganmu di depan rumah. dia sibuk dengan pekarangan rumahmu, menyiraminya. padahal sudah siang, untuk apa tanaman itu disiram? malah bikin layu bukan? dia tersenyum sebentar kepadaku lalu melanjutkan pekerjaannya, aku semakin yakin dia tidak menyukaiku.
Ibumu datang, dia memelukku.lihatlah, dia memelukku dengan erat, sungguh erat. aku bisa merasakan hangat tubuhnya, dan aku tau bahwa ia menangis, jelas sekali dia menangis karena tubuhnya berguncang.
aku tidak bertanya apa-apa, aku hanya menunggunya bicara. lama terdiam. aku membiarkannya sendiri dengan memperhatikan apa yang terjadi padanya. tampaknya dia sedang memikirkanmu, terlihat saat dia berjalan menuju foto kita. ya.. foto kita, bukan berdua, tapi bertiga bersama sahabatku, sahabat kita Reva.
aku tidak bisa mengantarmu ke bandara. aku malu.
selamat jalan ya... semoga perjalananmu menyenangkan. sebenarnya tadi aku melihatmu memasukkan kopermu ke bagasi mobil, tapi aku tak berani mengucapkan selamat jalan padamu. lagi-lagi aku malu.
maaf...
aku berdosa karena mengagumimu dalam diamku, harusnya aku lebih menata hidupku dengan pemuda itu. toh, aku sudah menerima pinangannya. tidak seharusnya aku masih memikirkanmu. ah... tapi bukannya sebelum jalur kuning melingkar, kemungkinan itu masih ada?. aku ternyata masih berharap lebih, berharap sebuah keajaiban datang, seperti dongeng-dongeng yang dulu pernah ibu ceritakan padaku.
2 jam setelah keberangkatanmu, aku masih melihat tunanganmu di depan rumah. dia sibuk dengan pekarangan rumahmu, menyiraminya. padahal sudah siang, untuk apa tanaman itu disiram? malah bikin layu bukan? dia tersenyum sebentar kepadaku lalu melanjutkan pekerjaannya, aku semakin yakin dia tidak menyukaiku.
Ibumu datang, dia memelukku.lihatlah, dia memelukku dengan erat, sungguh erat. aku bisa merasakan hangat tubuhnya, dan aku tau bahwa ia menangis, jelas sekali dia menangis karena tubuhnya berguncang.
aku tidak bertanya apa-apa, aku hanya menunggunya bicara. lama terdiam. aku membiarkannya sendiri dengan memperhatikan apa yang terjadi padanya. tampaknya dia sedang memikirkanmu, terlihat saat dia berjalan menuju foto kita. ya.. foto kita, bukan berdua, tapi bertiga bersama sahabatku, sahabat kita Reva.
- bersambung -
3 komentar:
it is a novel ? :o
actually not, but I hope so, doakan.. lagi memulai
lnjutkan...
biar blum smpat baca...
Posting Komentar
komentar itu memabangun :)
terimakasih kunjungannya...