Anakku...
Apa kabar Kau nak?
Istri Kau baru saja melahirkan ya? Amak mendengar
dari Mamak
maaf Amak tidak bisa melihat Kau
Jakarta itu sungguh jauh nak
sedang Amak masih harus mengurus sawah keluarga
Kau tau...
kemarin baru saja panen, hasilnya tak begitu banyak
tapi Amak akan mengirim satu karung ke Jakarta
semoga bisa menghapus kerinduan kau pada kampung ini
Anakku...
Amak selalu bermimpi Kau bisa berlebaran di sini,
bersama keluarga kita
Amak ingin menunjukkan Kau kepada tetangga
ah... rasanya selalu ingin melihat anak-anak Kau tumbuh,
melihat cucu-cucu Amak.
Amak senang Kau bisa hidup di Jakarta
anak laki-laki Amak sukses merantau dan menikah
dengan “Perempuan Jawa”.
Maaf Amak terus saja menyebut “Perempuan Jawa”
Amak menyayangi Kau... dan si “Peremupan Jawa” itu
tapi orang-orang tidak tau kebaikan isteri Kau,
mereka tidak peduli.
mereka hanya tahu Kau menikah dengan “Perempuan
Jawa”,
dan semenjak menikah, Kau tidak pernah pulang.
“anakmu
tidak akan pulang”
kalimat itu sudah cukup membuat Amak tertekan
Anakku...
Amak tahu Kau akan pulang, pasti akan pulang
tapi Amak semakin tua, badanpun sudah tak sekuat
dulu
ajaklah istri Kau pulang.. pulang ke kampung kita
sawah-sawah itu rindu larian Kau.
tidakkah Kau ingat si kerbau?
si kerbau yang kau jadikan tempat persembunyian saat
melihat Nurbaya
ah.. Nurbaya..
gadis itu kini sudah menikah nak..
pernikahan Kau dengan “Perempuan Jawa” itu sudah
membuatnya terluka
Pulang lah nak...
tengoklah kampung kita, masjid itu sepi penghuni
sekarang saatnya bagi Kau mengabdi
kita ini orang Minangkabau
bukan minang atau kabau
Kau pun paham apa bedanya kan?
Pulang lah nak...
pulang lah dengan “Perempuan Jawa” Itu
0 komentar:
Posting Komentar
komentar itu memabangun :)
terimakasih kunjungannya...